ALLAAHUMMA INNII AS ‘ALUKA BI NUURI WAJHILLAAHIL ‘AZHIIM. WA
QOOMAT BIHII ‘AWAALIMULLAHIL ‘AZHIIM. ANTUSHOLLIYA ‘ALAA MAWLAANAA MUHAMMADIN
DZIL QODRIL ‘AZHIIM. WA ‘ALAA AALI NABIYYILLAHIL ‘AZHIIM. BIQODRI ‘AZHOMATI
DZAATILLAHIL ‘AZHIIM. FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADAMA FII ‘ILMILLAHIL
‘AZHIIM. SHOLAATAN DAA ‘IMATANM BIDAWAAMILLAAHIL ‘AZHIIM. TA’ZHIIMAL LIHAQQIKA
YAA MAWLAANAA YAA MUHAMMAD YAA DZAL KHULUQIL ‘AZHIIM. WASALLIM ‘ALAYHI WA ‘ALAA
AALIHII MITSLA DZAALIK. WAJMA’ BAYNII WABAYNAHUU KAMAA JAMA’TA BAYNAR RUUHI
WANAFS, ZHOOHIROW WABAATHINAA, YAQHZHOTAW WAMANAAMAA. WAJ’ALHU YAA ROBBI RUUHAL
LIDZAATII MIN JAMII’IL WUJUUHI FID DUNYAA QOBLAL AAKHIROTI YAA ‘AZHIIM.
Yaa Allah sesunggguhnya aku memohon
kepadaMu dengan cahaya Wajah Allah Yang Agung. Yang memenuhi tiang-tiang Arasy
Allah Yang Agung. Dan dengannya berdirilah alam-alam (ciptaan) Allah Yang
Agung. Agar shalawat tersampaikan atas pelindung kami, Muhammad SAW, yang
memiliki derajat yang Agung. Dan atas keluarga nabi Allah Yang Agung. Dengan
ukuran Keagungan Zat Allah yang Agung. Disetiap kedipan dan nafas, sebanyak apa
yang termaktub dalam Ilmu Allah Yang Agung. Shalawat yang sentosa dengan
Kekekalan Allah Yang Agung. (sebagai) pengagungan terhadap Haq (kebenaran)
engkau wahai Muhammad, yang memiliki akhlak (perangai) yang Agung. Dan salam
atas beliau SAW serta keluarganya, semisal yang demikian itu . dan satukanlah
aku dengan Beliau sebagaimana engkau satukan ruh dengan nafas, secara zhahir
dan batin, dalam keadaan terjaga (sadar) atau tidur (mimpi). Dan jadikanlah
beliau yaa Tuhanku, sebagai ruhani jiwaku, di setiap arah, didunia ini sebelum
(datangnya) hari akhir, wahai Zat yang memiliki Keagungan.
Ada sebuah
peristiwa menakjubkan sehubungan dengan shalawat ini. Al-Arif billah Habib Abu
Bakar bin Abdullah ‘Atthas memperoleh shalawat ini dari SAYYID AHMAD BIN IDRIS
secara langsung . Beliau lalu menulis shalawat ini dan menyimpannya dalam tas
pakaian. sewaktu berlayar dilaut , seorang darwis ahli sir batin dan kasyaf
melihat cahaya keluar dari tas Habib Abu Bakar hingga ke langit. Ia lalu
memberitahukan apa yang dilihatnya kepada Habib Au Bakar. habib abu Bakar
berkata kepadanya, ” Tas ku ini hanya berisi pakaian dan shalawat”. habib Abu
Bakar lalu menunjukan sholawat itu kepada si Darwisy.
Tarekat
Al-Idrisiyyah dinisbahkan kepada nama Syekh Ahmad bin Idris al-Fasi al-Hasani
(1173 – 1253 H / 1760 – 1837 M). Sebenarnya Tarekat ini berasal dari Tarekat
Khidhiriyyah yang berasal dari Nabi Khidir As yang diberikan kepada Syekh Abdul
Aziz bin Mas’ud ad-Dabbagh Ra. Setelah Syekh Ahmad bin Idris Ra. Tarekat ini
mengalami perkembangan lebih jauh yang melahirkan berbagai jenis Tarekat
lainnya, hal ini disebabkan karena beberapa murid Syekh Ahmad bin Idris membuat
komunitas Tarekat yang dinisbahkan kepadanya dan mengembangkan ajarannya
menjadi suatu sistem ajaran yang lebih spesifik. Oleh karenanya tidaklah heran
jika Tarekat Idrisiyyah ini memiliki hubungan yang erat dengan nama-nama
Tarekat lainnya, seperti Sanusiyyah, Mirghaniyyah, Rasyidiyyah, Khidhiriyyah,
Syadziliyyah, Dandarawiyyah, Qadiriyyah. Bahkan Syekh Muhammad bin Ali Sanusi
sebagai murid Syekh Ahmad bin Idris menguasai 40 Thariqat yang dikumpulkan
dalam sebuah masterpiece-nya ‘Salsabil Mu’in fi Tharaa-iqul Arba’iin. Istilah
40 Thariqat dari kitab ini mengilhami istilah Thariqah Mu’tabarah (diakui) di
Indonesia (yang berjumlah 40).
Syekh Ahmad bin
Idris berguru kepada Syekh Abdul Wahab at-Tazi, yang merupakan murid Syekh
Abdul Aziz az-Dabbagh, pengarang kitab Al-Ibriz. Awrad terkenal yang diajarkan
oleh Syekh Ahmad bin Idris kepada murid-muridnya adalah berupa hizib-hizib, di
antaranya adalah Hizib Sayfi yang diperolehnya dari Syekh al-Mujaidiri, yang
didapatnya dari seorang Raja Jin, dari Sayidina Ali Karramallahu Wajhah. Selain
itu Beliau diajarkan seluruh awrad Syadziliyyah dari Rasulullah Saw melalui
perantara Nabi Khidir As. Namun yang masih eksis diamalkan oleh penganut
Tarekat Idrisiyyah adalah Shalawat ‘Azhimiyyah, Istighfar Kabir dan Dzikir
Makhshus.
Sanad Tarekat
Al-Idrisiyyah terkenal sangat ringkas, karena menggunakan jalur Nabi Khidhir As
hingga Nabi Muhammad Saw. Sedangkan jalur pengajaran syari’at Tarekat ini
menggunakan jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani Qs. hingga kepada Sayidina Hasan
Ra.
Tarekat
Al-Idrisiyyah yang dikenal di Indonesia adalah Tarekat yang dibawa oleh Syekh
al-Akbar Abdul Fattah pada tahun 1930, yang sebelumnya bernama Tarekat
Sanusiyyah. Syekh al-Akbar Abdul Fattah menerimanya dari Syekh Ahmad Syarif
as-Sanusi al-Khathabi al-Hasani di Jabal Abu Qubais, Mekah. Saat ini
kepemimpinan Tarekat Al-Idrisiyyah diteruskan oleh Syekh Muhammad Fathurahman,
MAg.
Tarekat ini
menekankan aspek lahir dan batin dalam ajarannya. Penampilan lahiriyyah
ditunjukkan oleh penggunaan atribut dalam berpakaian. Kaum laki-laki berjenggot,
berghamis putih, bersurban, dan berselendang hijau. Sedangkan kaum wanitanya
mengenakan cadar hitam. Jama’ahnya menjauhi perkara haram dan makruh seperti
merokok. Adapun dalam aspek peribadatannya senantiasa mendawamkan salat
berjama’ah termasuk salat sunnahnya. Sujud syukur setelah salat fardhu
dikerjakan secara istiqamah.
Tarekat
Al-Idrisiyyah lebih dikenal di Malaysia daripada di Indonesia, karena banyak
berafiliasi dengan Tarekat lain (seperti TQN). Ada Tarekat Qadiriyyah
Idrisiyyah atau Ahmadiyyah al-Idrisiyyah. Nama Ahmadiyyah diambil dari nama
depan Syekh Ahmad bin Idris. Ketika masuk ke Indonesia, karena alasan politis
nama Tarekat Sanusiyyah berganti dengan nama Idrisiyyah. Mengingat pergerakan
Sanusiyyah saat itu telah dikenal oleh para penjajah Barat.
AWRAD DAN DZIKIR
Kebiasaan dzikir
yang biasa dilakukan oleh jama’ah Al-Idrisiyyah adalah di setiap waktu ba’da
Maghrib hingga Isya dan ba’da Shubuh hingga Isyraq. Pelaksanaan dzikir di
Tarekat ini dilakukan dengan jahar (suara nyaring), diiringi lantunan shalawat
(kadang-kadang dalam moment tertentu dengan musik). Kitab panduan Awrad
dzikirnya bernama ‘Hadiqatur Riyahin’ yang merupakan khulashah (ringkasan)
awrad pilihan (utama) dari berbagai amalan (awrad) Syekh Ahmad bin Idris dan
Sadatut Thariqah lainnya. Awrad wajib harian seorang murid Idrisiyyah adalah:
Membaca Al-Quran
satu Juz,
Membaca Itighfar Shagir 100 kali,
Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR ROSULULLAH FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADA MAA WASI’AHUU ‘ILMULLAH.
Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali,
Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,
Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli syay-in qodiir.
Memelihara Ketaqwaan.
Membaca Itighfar Shagir 100 kali,
Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR ROSULULLAH FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADA MAA WASI’AHUU ‘ILMULLAH.
Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali,
Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,
Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli syay-in qodiir.
Memelihara Ketaqwaan.
Awrad tambahan
untuk bertaqaarub kepada Allah adalah menunaikan salat tahajjud dan membaca
Sholawat Azhimiiyyah sebanyak 70 kali sesudah ba’da Shubuh hingga terbit Fajar.
KWA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar